Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

014-Culadukkhakandasutta.

CULADUKKHAKHANDHA SUTTA

(14)

Demikianlah yang telah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Nigrodha Ārama, Kapilavatthu, kerajaan Sakya. Kemudian, Mahanama Sakka menemui Sang Bhagava, setelah memberi hormat, ia duduk. Setelah ia duduk, ia berkata:

"Bhante, telah lama saya mengetahui Dhamma yang diajarkan Sang Bhagava, yaitu: 'Keserakahan, kebencian dan kebodohan merupakan kotoran batin.' Namun, walaupun saya tahu Dhamma yang telah diajarkan Sang Bhagava, keserakahan, kebencian dan kebodohan menguasai dan bertahan dalam batinku. Saya heran hal-hal (Dhamma) apakah yang belum saya singkirkan, sehingga sifat-sifat buruk (upakilesa) itu menguasai dan bertahan dalam batinku?"

"Mahanama, masih ada hal-hal yang belum anda lenyapkan, sehingga keserakahan, kebencian dan kebodohan sering muncul dan menguasai dirimu; karena bilamana hal-hal itu telah anda singkirkan dari dirimu, maka anda tidak akan hidup berumah-tangga dan memuaskan nafsu indera. Itulah sebabnya dengan masih ada hal-hal dalam dirimu yang belum disingkirkan maka anda hidup berumah-tangga dan memuaskan nafsu indera.

Walaupun Siswa Ariya (Ariyasavaka) yang telah mengetahui dengan jelas, sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar tentang bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya. Juga, selama ia belum mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu indera dan dari hal-hal yang tak berguna, atau keadaan yang lebih tenang daripada itu, maka ia belum bebas dari nafsu indera.

Tetapi, ketika siswa ariya telah mengetahui dengan jelas sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar tentang bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya. Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu indera dan hal yang tak berguna, atau pada keadaan yang lebih tenang daripada itu, maka ia telah bebas dari nafsu indera.

Ketika saya masih sebagai Bodhisatta dan belum mencapai Penerangan Agung, saya juga mengetahui sesuatu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar, bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya. Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbatas dari nafsu indera dan hal yang tak berguna atau pada keadaan yang lebih tenang daripada itu, saya sadar bahwa saya belum bebas dari nafsu indera.

Tetapi ketika saya mengetahui dengan jelas, sebagaimana apa adanya, dengan pengertian benar tentang bagaimana nafsu indera hanya memberikan sedikit kesenangan namun memberikan banyak penderitaan, kesakitan dan besar bahayanya. Bilamana ia mencapai kebahagiaan dan kesenangan yang terbebas dari nafsu indera dan hal yang tak berguna atau pada keadaan yang lebih tenang daripada itu, saya sadar bahwa saya telah bebas dari nafsu indera.

Apakah yang menyenangkan pada nafsu indera?

Ada lima pengikat nafsu indera:

Jasmani (bentuk) yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dilihat oleh mata, berhubungan dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.

Suara yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang didengar oleh telinga, berhubungan dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.

Bau yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dicium oleh hidung, berhubungan dengan nafsu dan merangsang nafsu.

Rasa yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dikecap oleh lidah, berhubungan dengan nafsu dan merangsang nafsu.

Sentuhan yang diinginkan, disenangi, sesuai dan disukai yang dirasa oleht ubuh,berhubungan dengan nafsu indera dan merangsang nafsu.

Kegembiraan dan kenikmatan yang muncul berdasarkan pada lima pengikat nafsu ini adalah kesenangan pada nafsu indera.

Apakah bahaya dari nafsu indera?

Dalam hal ini, karena kehidupan maka seseorang bekerja sebagai pemeriksa, akuntan, juru hitung, pembajak, pedagang, peternak sapi, pegawai, atau pekerjaan lain; untuk pekerjaan itu ia kedinginan, kepanasan, diganggu nyamuk dan lalat, angin, matahari, binatang menjalar, haus, lapar dan risiko mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya hanya nafsu indera.

Jika orang itu tidak mendapatkan hasil atau pendapatan karena ia bekerja dan berusaha seperti itu, maka kesedihan, ratap-tangis dan dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia menjerit: 'Pekerjaanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.'

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya hanya nafsu indera.

Jika orang itu mendapatkan hasil pendapatan karena ia bekerja dan berusaha seperti itu, ia mengalami kesusahan dan derita untuk menjaganya, maka kesedihan, ratap-tangis dan dukacita, dengan memukul dada ia menangis serta putus asa ia menjerit: ‘Pekerjaanku sia-sia, pekerjaanku tak berguna.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... raja bertengkar dengan raja, kesatria dengan kesatria, ibu dengan anak, anak dengan ibu, ayah dengan anak, anak dengan ayah, kakak dengan kakak, dll. dsb.. Karena bertengkar dan ribut, mereka saling menyerang dengan tinju, pemukul, tongkat dan pisau, hal ini menyebabkan derita dan kematian.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mengambil pedang, perisai, gendawa dan anak panah, mereka pergi berperang, membuat dua barisan, panah dan lembing melayang, pedang berkelebat; maka ada yang luka karena panah dan lembing, kepala yang putus oleh pedang, ada yang menderita dan mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena nafsu indera ... orang-orang mencuri, menjadi bandit, perampok, mengganggu isteri orang lain; maka ketika mereka ditangkap, raja dapat memberikan bennacam-macam hukuman. Mereka dapat dicambuk, dipukul dengan tongkat atau pemukul; tangan, kaki, kaki dan tangan dipotong; telinga, hidung, telinga dan hidung dipotong; dilemparkan pada anjing kelaparan, ... disiram dengan minyak panas, dilemparkan selagi masih hidup ditusuk dengan tombak bercagak atau kepala dipancung, mereka menderita atau mati.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera, asal mulanya hanya nafsu indera.

Demikian pula, karena bersumber dan berasal mula pada nafsu indera, maka orang-orang melakukan perbuatan-perbuatan salah dengan tubuh, ucapan dan pikiran; akibatnva setelah mereka meninggal, mereka terlahir kembali dalam keadaan menyedihkan, di alam sengsara, di neraka.

Inilah bahaya dari nafsu indera, timbunan derita yang kelihatan di sini dan sekarang, yang disebabkan oleh karena nafsu indera, bersumber pada nafsu indera, dikarenakan oleh nafsu indera. asal mulanya hanya nafsu indera.”

"Mahanama, pada suatu waktu saya berada di gunung Gijjhakuta, Rajagaha. Pada waktu itu beberapa pengikut Nigantha berada di Kalasilaya, Isigili, sedang mempraktikkan tapa dengan cara berdiri terus dan menolak untuk duduk, sehingga mengalami kesakitan, tersiksa, merasakan kesakitan yang sangat karena usaha itu.

Ketika telah malam, saya bangkit dari meditasi dan pergi ke tempat para Nigantha. Saya menanyai mereka: 'Saudara-saudara, mengapa anda sekalian mempraktikkan tapa dengan cara berdiri terus dan menolak untuk duduk, sehingga mengalami kesakitan, tersiksa, merasa kesakitan yang sangat karena usaha itu."'

Mereka menjawab: "Saudara, Nigantha Nataputta, Maha Tahu, menyatakan memiliki pengetahuan dan penglihatan: 'Apakah saya berjalan, berdiri, tidur atau sadar, pengetahuan dan penglihatanku berlangsung terus, tetap dipertahankan.' Ia berkata: 'Para Nigantha, anda sekalian telah melakukan kamma buruk pada waktu yang lampau; lenyapkan (kamma buruk) itu dengan menyiksa diri. Pada waktu sekarang dan di sini anda sekalian mengendalikan perbuatan, ucapan dan pikiran, dengan demikian kamu sekalian tidak melakukan kamma buruk untuk masa yang akan datang. Jadi melenyapkan kamma buruk dengan penyiksaan diri, serta tanpa melakukan kamma buruk baru, maka tidak akan ada akibat pada masa akan datang. Dengan tanpa adanya akibat pada masa akan datang, maka kamma-kamma lenyap. Dengan lenyapnya kamma-kamma, maka penderitaan lenyap. Dengan lenyapnya penderitaan, maka lenyapnya perasaan. Dengan lenyapnya perasaan, maka semua penderitaan akan lenyap.' Inilah pilihan dan kesukaan kami, kami puas dengan itu."

Setelah mereka berkata begitu, saya berkata kepada mereka: "Saudara-saudara, tetapi anda sekalian tahu bahwa anda sekalian hidup pada masa kehidupan yang lampau, itu bukan berarti anda sekalian tidak hidup?"

"Ya, saudara."

"Tetapi, apakah anda sekalian tahu bahwa anda sekalian melakukan kamma buruk pada kehidupan yang lampau dan tidak pantang melakukannya?"

"Tidak, saudara."

"Apakah anda sekalian mengetahui bahwa telah banyak penderitaan yang telah dialami atau telah banyak penderitaan yang akan dialami, bilamana banyak penderitaan telah dialami atau semua penderitaan telah dialami?"

"Tidak, saudara."

"Saudara-saudara, apakah anda sekalian tahu bagaimana melenyapkan akusala dhamma dan mengembangkan kusala dhamma pada masa sekarang ini di sini?"

"Tidak, saudara."

"Bila demikian, maka para pembunuh, orang yang tangannya bergelimangan darah, pembuat kejahatan di dunia, jika mereka lahir kembali sebagai manusia akan menjadi petapa seperti para Nigantha?"

"Saudara Gotama, kesenangan tidak dapat dicapai dengan kesenangan; kesenangan dicapai melalui kesakitan. Karena bilamana kesenangan dicapai melalui kesenangan, maka Raja Magadha, Seniya Bimmbisara akan mendapat kesenangan karena ia hidup dalam kesenangan yang lebih besar daripada petapa Gotama."

"Sesungguhnya para petapa Nigantha telah mengucapkan kata-kata dengan gegabah dan tanpa pertimbangan. Agaknya saya yang harus bertanya: 'Siapakah yang hidup lebih menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau pertapa Gotama?"'

"Saudara Gotama, sesungguhnya kami berkata dengan gegabah dan tanpa pertimbangan. Tetapi biarkanlah itu begitu. Sekarang kami bertanya: 'Siapakah yang hidup lebih menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau petapa Gotama?"'

"Saudara-saudara, saya akan menjawabnya dengan pertanya-an. Jawablah pertanyaan itu sesukanya. Bagaimana pendapat anda sekalian tentang hal ini, dapatkah Raja Magadha, Seniya Bimbisara hidup tanpa bergerak atau tanpa bicara selama tujuh hari mengalami kesenangan terus-menerus?"

"Tidak, saudara."

"Bagaimana pendapat anda sekalian, dapatkah Raja Magadha, Seniya Bimbisara hidup tanpa bergerak atau tanpa bicara selama. enam hari ... lima hari ... empat hari ... tiga hari ... dua hari ... satu hari mengalami kesenangan terus-menerus?"

"Tidak, saudara."

"Saudara-saudara, saya dapat hidup tanpa bergerak dan tanpa bicara selama satu hari mengalami kesenangan terus-menerus.... dua hari ... tiga hari ... empat ... lima ... enam ... tujuh hari mengalami kesenangan terus-menerus. Bagaimana pendapat anda sekalian, siapakah yang hidup lebih menyenangkan, Raja Magadha, Seniya Bimbisara atau saya?"

"Bila demikian, petapa Gotama, hidup lebih menyenangkan daripada Raja Magadha, Seniya Bimbisara.

Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagava. Mahanama merasa puas dan gembira dengan uraian Sang Bhagava.

Popular Posts