Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

012-Mahasihanandasutta.

MAHASIHANDA SUTTA

(12)

Demikianlah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di hutan kecil, yang terletak di sebelah barat kota Vesali.

Ketika itu Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan Dhamma dan Vinaya. Ia membuat pernyataan ini di hadapan kelompok orang Vesali: "Petapa Gotama tidak memiliki nilai-nilal yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari manussadhamma). Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran manusia, mengikuti keingintahuannya sendiri sebagaimana yang terjadi pada dirinya, siapa pun yang diajarkan Dhamma demi kepentingannya itu hanya membawa langsung pada penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya, namun tidak untuk hal-hal lainnya.”

Kemudian, ketika menjelang pagi, Bhikkhu Sariputta mengenakan jubah dan dengan membawa patta (mangkuk) serta jubah beliau menuju ke Vesali untuk menerima dana makanan. Kemudian beliau mendengar tentang apa yang dikatakan oleh Sunakkhatta Licchaviputta.

Ketika beliau selesai ber-pindapata di Vesali dan kembali dari menerima dana makanan, setelah makan, beliau menemui Sang Bhagava, dan setelah memberi hormat padanya, beliau duduk di tempat yang telah tersedia. Setelah melakukan hal itu, beliau mengatakan pada Sang Bhagava apa yang telah terjadi.

"Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhata sedang marah, dan kata-katanya diucapkan berdasarkan pada kemarahan. Dengan berpikir untuk menghina Tathagata, namun ia sebenarnya memuji Sang Tathagata; karena merupakan suatu pujian terhadap Sang Tathagata dengan mengatakan tentang dirinya, "karena siapapun yang, diajari Dhamma adalah bagi kepentingannya, ajaran itu (hanya) mengarah langsung pada penghentian penderitaan dalam diri yang melaksanakannya."

"Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhatta ini tidak pernah akan dapat menjatuhkan martabatku, karena menurut Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, Sempurna menempuh Jalan, Pengenal segenap alam, Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Buddha, Bhagava."

Juga ia tidak akan pernah menjatuhkan martabatku menurut Dhamma karena: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga beliau menikmati berbagal jenis kemampuan batin (iddhi); dari satu beliau menjadi banyak, dari banyak beliau menjadi satu; beliau muncul dan lenyap; beliau dapat menembus tembok, menembus dinding-dinding, menembus gunung, bagaikan menembus ruang kosong; beliau menyelam masuk dan keluar dari tanah bagaikan di air; beliau berjalan di atas air seolah-olah di atas tanah; dengan duduk bersila beliau melakukan perjalanan di angkasa bagaikan burung; dengan tangannya beliau menyentuh dan mengusap bulan dan matahari yang sangat perkasa dan hebat; beliau ahli mengendalikan tubuh sehingga ia dapat pergi dengan tubuhnya sejauh alam Brahma."

"Demikiaii pula, ia tidak akan pernah menjatuhkan martabatku, karena sesuai Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga dengan Telinga Dewa (Dibba Sota), yang suci dan melebihi kemampuan orang biasa, beliau mendengar kedua jenis suara, suara para dewa dan suara manusia, baik yang jauh maupun dekat."

Ia pun tidak akan pemah menjatuhkan martabatku karena sesuai Dhamma: "Demikianlah Sang Bhagava, sehingga dengan Kemampuan Pikirannya beliau dapat Mengetaahui Pikiran Makhluk atau Orang Lain (Cetopariyanana), beliau mengerti pikiran dikuasai nafsu sebagai pikiran dikuasal nafsu dan pikiran tidak dikuasai nafsu sebagai pikiran tidak dikuasai nafsu; beliau mengerti pikiran dikuasai kebencian sebagai pikiran dikuasai kebencian dan pikiran tidak dikuasai kebencian sebaga pikikiran tidak dikuasai kebencian; beliau mengerti pikiran dikuasai kebodohan sebagai pikiran dikuasai kebodohan dan pikiran tidak dikuasai kebodohan sebagai pikiran tidak dikuasai kebodohan; beliau mengerti pikiran terpusat sebagai pikiran terpusat dan pikiran tercerai berai sebagai pikiran tercerai-berai; beliau mengerti pikiran luhur sebagai pikiran luhur dan pikiran tidak luhur sebagai pikiran tidak luhur; beliau mengerti pikiran luar biasa sebagai pikiran luar biasa dan pikiran biasa sebagai pikiran biasa; beliau mengerti pikiran terkonsentrasi sebagai pikiran terkonsentrasi dan pikiran tidak terkonsentrasi sebagai tidak terkonsentrasi; beliau mengerti pikiran terbebas sebagai pikiran terbebas dan pikiran tidak terbebas sebagai pikiran tidak terbebas.”

Dasa Bala

Sariputa, Tathagata memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh Kekuatan Tathagata), dengan memiliki kekuatan-kekuatan ini (bala) beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma (brahmacakka) maju ke depan. Apakah kesepuluh kekuatan (Dasa Bala) itu?

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, yang 'mungkin sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin' (Thana-athana). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, matangnya kamma (kamma-vipaka) yang dilakukan di masa lampau, di masa mendatang dan masa sekarang, dengan kemungkinan-kemungkinan dan sebab-sebabnya. Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya dihadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata, mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘ke mana tujuan semua jalan’ (sabbatthagamani patipada). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘dunia ini dengan unsur-unsurnya yang banyak dan berbeda-beda’ (anekadhatu nanadhatu lokam). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hidapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, bagaimana ‘para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda’ (sattanam nanadimuttikam). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekutan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘watak dari indera para makhluk lain dan orang-orang lain’ (parasattanam parapuggalam indriyaparopariyattam). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, ‘kekotoran-kekotoran batin, cara membersihkan dan timbulnya jhana, kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian’ (jhana vimokha samadhi samapattinam sankilesam vodanam vutthanam). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata ‘mengingat banyak kehidupannya yang lampau’, (pubbenivasanussatinana) yakni, satu kelahiran, dua kelahiran ... lima kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta (samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta (vivattakappa): Pada kelahiran itu saya bernama, ber-ras, berkelas masyarakat anu, makan makanan anu, mengalami susah dan senang, berusia sekian; setelah meninggal di sana, saya terlahir kembali di tempat lain, dengan nama, ras, kelas masyarakat, makanan, mengalami susah dan senang; setelah meninggal di tempat itu, saya terlahir kembali di tempat lain dengan nama ... ; akhirnya saya meninggal dan terlahir kembali di sini. Demikianlah dengan rinci dan hal-hal khusus beliau mengingat kembali banyak kehidupannya yang lampau. Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata dengan kemampuan Mata Dewa (Dibba Cakkhu) yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali, rendah atau mulia, baik atau buruk, berkelakuan baik atau buruk; mengerti bagaimana makhluk-makhluk meninggal berdasarkan pada kamma-kamma mereka, yakni: "Makhluk-makhluk yang berharga ini berperilaku buruk dengan tubuh, ucapan dan pikiran, mencaci maki orang-orang suci, memiliki pandangan salah yang mengakibatkan kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di alam yang menyedihkan, ditakdirkan di alam yang buruk, di alam menyakitkan, di alam neraka; namun makhluk-makhluk baik ini yang berprilaku baik dengan jasmani, ucapan dan pikiran, tidak mencaci orang-orang suci, memiliki pandangan benar yang mengakibatkan kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di alam menyenangkan, di alam surga. Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Tathagata, pada kehidupan sekarang dengan ‘kemampuan batinnya merealisasi kebebasan batinnya’ (asavakkhayanana), melenyapkan kotoran batin (asava) dengan cara Cetovimutti (pembebasan melalui ketenangan batin) dan Pannavimutti (pembebasan melalui kebijaksanaan). Ini merupakan kekuatan Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Karena Tathagata memiliki sepuluh Tathagata Bala ini, beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya dihadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.'

Cattaro Vesarajja

'Sariputta, Tathagata memiliki Empat Macam Integritas Diri (Cattaro Vesarajja) dengan memilikinya Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singanya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.

Apakah empat Integritas Diri itu?

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara atau dewa brahma di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi anda tidak menemukan penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Sementara anda menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi noda-noda batin belum dilenyapkan dari diri anda." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Dhamma-dhamma seperti itu yang anda katakan bersifat obstruktif, namun pada kenyataannya tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.

Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara, atau dewa brahma di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: "Bagi siapapun yang anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini tidak langsung membawa pada lenyapnya penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya." Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.

Inilah empat Integritas Diri yang dimiliki oleh Tathagata, dengan memilikinya maka Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singa di depan banyak orang dan memutar roda brahma.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.'

Attha Parisa

'Sariputta, ada delapan kelompok (attha parisa). Apakah delapan kelompok itu? Kelompok kesatria, brahmana, perumah-tangga, petapa, dewa Catummaharajika, dewa Tavatimsa, Mara dan Brahma. Dengan memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata mendekati dan memasuki delapan jenis kelompok ini.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok kesatria. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok brahmana. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok perumah-tangga. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok petapa. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

'Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok dewa Catummahara- jika. Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok dewa Tavatimsa. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat. alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok Mara. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok Brahma. Dulu, saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.

Catta Yoni

'Sariputta, ada Empat Cara Kelahiran (Catta Yoni). Apakah empat Cara Kelahiran itu? Kelahiran melalui telur (andaja yoni), kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni) dan kelahiran secara spontan (opapatika).

'Apakah kelahiran melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang lahir dengan memecahkan kulit telur; ini yang disebut kelahiran melalui telur.

'Apakah kelahiran melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk yang lahir melalui kandungan; ini yang disebut kelahiran melalui kandungan.

'Apakah kelahiran pada tempat lembab? Ada makhluk-makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat yang membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau dalam saluran air kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat lembab.

'Apakah kelahiran secara spontan? Ada dewa-dewa, penghuni-penghuni neraka dan makhluk manusia tertentu dan para penghuni tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang lahir (muncul) secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.

Inilah empat Cara Kelahiran.'

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat saya lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tirrggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuannya seperti yang terjadi padanya," kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.'

Panca Gati dan Nibbana

'Sariputta, ada Lima Alam Tempat Kelahiran (Panca Gati). Apakah lima alam itu? Alam neraka (niraya), binatang (tiracchana), alam setan (pittivisaya), alam manusia (manussa) serta dewa (deva).

'Saya mengerti tentang alam neraka; jalan serta cara yang membawa ke neraka, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, dalam alam penderitaan, dalam neraka; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam binatang; jalan serta cara yang membawa ke alam binatang, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai binatang di alam binatang; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam setan; jalan serta cara yang membawa ke alam setan, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai setan di alam setan,: ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam manusia; jalan serta cara membawa ke alam manusia, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai manusia di alam manusia; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang alam para dewa; jalan serta cara membawa ke alam para dewa, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai dewa di alam dewa; ini pun saya mengerti.

'Saya mengerti tentang nibbana; jalan serta cara untuk mencapai nibbana, bagi dia yang akan mencapainya, berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan batin melalui 'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta melenyapkan semua kotoran batin (asava); ini pun saya mengerti.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, alam penderitaan, dalam neraka.” Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam yang menyedihkan, alam tidak menyenangkan, alam penderitaan, dalam neraka dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

'Seandainya ada sebuah lobang yang dalamnya melebihi tinggi manusia, penuh dengan bara yang membara tanpa nyala dan asap; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju lobang bara tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi lobang bara tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, saya mengerti bahwa 'orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi lobang bara tersebut'; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara itu mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran(ku), saya mengerti brahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam kandungan binatang." Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali dalam kandungan binatang dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.

'Seandainya ada sebuah lobang kakus yang dalamnya melebihi tinggi manusia, penuh dengan tahi; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju lobang kakus tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi lobang kakus tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia telahjatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi lobang kakus tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia telahjatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam setan." Kemudian dengan kekuatan matadewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam setan dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.

Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang tanah yang tidak rata, hanya sedikit dedaunan dengan kerindangan yang terbatas; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi. pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi. pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran(ku), saya mengerti babwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, la akan terlahir kembali dalam rahim ibu (manusia)." Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam manusia dan mengalami banyak kesenangan.

Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang tanah yang rata, rimbun dengan dedaunan dan rindang sekali; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami banyak kesenangan.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranKu, Saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami banyak kesenangan.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam yang menyenangkan, di alam dewa (deva)." Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam dewa dan mengalami banyak kesenangan.

'Seandainya ada rumah peristirahatan yang sangat besar, di dalamnya ada sebuah ruang atas yang diplester di bagian dalam dan luar, tertutup, diamankan dengan jeruji, dengan jendela yang tertutup, di dalamnya ada sebuah sofa dengan karpet dan selimut serta sarung, berpenutup dari kulit rusa, dipayungi, berbantal merah muda untuk kepala dan kaki; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju rumah peristirahatan tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi rumah peristirahatan tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah peristirahatan itu dan mengalanii banyak kesenangan.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi rumah peristirahatan tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah peristirahatan itu dan mengalami banyak kesenangan.

Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran(ku), saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui 'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta melenyapkan semua kotoran batin (asava). Kemudian Saya melihat bahwa berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran batin melalai 'pencapaian pembebasan batin' dan ‘pembebasan berdasarkan kebijaksanaan' serta melenyapkan semua kotoran batin dan mengalami banyak kesenangan.

'Seandainya ada sebuah kolam yang bersih, menyenangkan, berair sejuk, bening, bertepi yang halus dan menyenangkan, di dekat pepohonan yang lebat; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju ke kolam tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi kolam tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan mengalami banyak kesenangan.

Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, saya mengerti bahwa "Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi kolam tersebut"; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan mengalami banyak kesenangan.

Inilah lima macam alam kelahiran dan nibbana.

'Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Saya lalu berkata: "Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuannya seperti yang terjadi padanya", kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.

"Sariputta, saya ingat pengalaman sendiri tentang empat cara penghidupan suci (Brahmacariya) karena telah melaksana-kannya. Saya pernah melaksanakan cara bertapa yang sangat ekstrim (paramatapa), keras (paramalukha), teliti (parama-jeguchi) dan pengasingan (paramapavivitta)."

'Beginilah pertapaanku, saya hidup telanjang, menolak berkumpul (dengan orang lain), menjilati tangan-tanganku, tidak memenuhi undangan, tidak berhenti walaupun ditanya; saya tidak menerima sesuatu yang dibawakan, sesuatu yang khusus dibuat atau suatu undangan; Saya tidak menerima apapun dari panci, dari mangkok, melalui nampan, melalui tongkat, melalui penumbuk padi, dari dua orang yang makan bersama, dari wanita yang berputra, dari wanita yang menyusui, dari (tempat) wanita berbaring bersama seorang pria, dari tempat di mana makanan diumumkan untuk disebarkan, dari tempat di mana seekor anjing sedang menunggu, dari tempat di mana lalat-lalat mendengung; saya tidak menerima ikan atau daging, saya tidak minum minuman keras, anggur atau minuman yang memabukkan. Saya hanya menerima sesuap makanan secara tetap dari satu rumah; Saya hanya menerima dua suap makanan secara tetap dari dua rumah; Saya hanya menerima tiga suap makanan secara tetap dari tiga rumah; Saya hanya menerima empat suap makanan secara tetap dari empat rumah; … lima suap makanan secara tetap dari lima rumag; ... enam suap makanan secara tetap dari enam rumah; Saya hanya menerima tujuh suap makanan dari tujuh rumah. Saya makan sepiring makanan sehari, ... sepiring makanan tiap dua hari, ... sepiring makanan tiap tujuh hari; Saya makan sekali sehari, ... makan sekali tiap dua hari, makan sekali tiap tiga hari, … makan sekali tiap empat hari, … makan sekali setiap lima hari, makan sekali setiap enam hari, saya makan sekali tiap tujuh hari dan seterusnya hingga makan sekali tiap dua minggu; saya melatih diri hanya makan pada waktu-waktu tersebut. Saya hanya makan yang hijau atau biji-bijian, nasi kasar, makanan dihaluskan, tumbuh-tumbuhan kecil, dedak, kismis, tepung sesame, rumput, atau kotoran sapi. Saya hidup di bawah pohon dan makan buah-buahan yang jatuh dari pohon karena angin. Saya mengenakan pakaian dari rami, pakaian rami dicampur dengan kain, kain pembungkus mayat (pamsukula), kain bekas, kulit pohon, kulit rusa, kain dari rumput kusa, kain dari serat kulit kayu, kain dari sayatan kayu, wol rambut, wol bulu binatang, kain dari sayap burung hantu. Saya mencabut rambut janggut, hidup dengan melaksanakan pencabutan rambut dan janggut. Saya berdiri terus dan menolak untuk duduk. Saya jongkok terus serta berusaha untuk tetap jongkok. Saya menggunakan kasur berpaku; saya membuat tikar paku untuk tempat tidur. Saya melatih mandi tiga kali di sungai menjelang malam. Demikianlah cara saya bertapa.

'Beginilah kekasaranku, bagaikan kulit batang pohon besar yang telah bertahun-tahun dilekati oleh debu dan telah bergumpal-gumpal; demikian pula, telah beberapa tahun debu dan daki terkumpul serta melekati tubuhku, debu telah berbentuk gumpalan pula. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa, "Saya akan menggosok debu dan daki agar terlepas dari tubuhku atau meminta orang lain menggosok debu dan daki ini." Demikianlah kekasaranku.

'Beginilah ketelitianku, saya selalu waspada ketika melangkah maju dan melangkah mundur; begitu pula, saya dipenuhi dengan belas kasihan walaupun hanya pada setetes air, dengan pikiran: "Semoga saya tidak menyakiti makhluk-makhluk kecil dalam air." Demikianlah ketelitian-Ku.

'Beginilah pengasinganku: Saya masuk ke dalam hutan dan tinggal di sana. Apabila saya melihat penggembala atau kawanan sapi, orang pengumpul rumput atau kayu, saya akan lari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit. Mengapa demikian? Dengan begitu mereka tidak akan melihatku atau saya melihat inereka. Bagaikan seekor kijang hutan ketika melihat manusia akan berlari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit, begitulah saya ketika melihat penggembala atau kawanan sapi, orang pengumpul rumput atau kayu, saya akan lari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari gua ke gua, dari bukit ke bukit. Demikianlah pengasinganku.

'Saya merangkak ke kandang-kandang ketika ternak dan lembu-lembu itu telah pergi, saya makan kotoran anak sapi yang masih menyusu. Selama kotoran dan air kencingku masih ada, saya makan dan minum kotoran dan air kencingku sendiri. Begitulah cara makanku yang menyimpang.

'Saya pergi ke hutan menyeramkan dan menetap di sana. Suatu hutan menyeramkan yang biasanya menyebabkan bulu kuduk orang berdiri karena ia belum bebas dari nafsu. Ketika udara dingin pada malam-malam di musim dingin tiba, selama delapan hari yang bersalju, maka pada malam hari saya menetap di tempat terbuka, sedangkan di waktu siang saya berada di butan. Di akhir bulan pada musim panas, saya menetap di tempat terbuka di siang hari, sedangkan di malam hari saya berada di hutan. Pada waktu itu secara spontan muncul syair yang sebelumnya tak pernah terdengar:

“Kedinginan di malam hari dan terpanggang di siang hari, Sendirian dalam hutan menyeramkan,

Bertelanjang, tanpa api untuk menghangatkan tubuh,

Petapa tetap mengejar cita-citanya.”

'Saya membuat pembaringan di tanah tempat kremasi dengan tulang-tulang sebagai bantal. Anak-anak penggembala sapi menghampiri, meludahi dan mengencingiku, melemparkan kotoran padaku, dan menusukkan ranting ke telingaku. Namun saya tidak pernah tahu munculnya pikiran buruk terhadap mereka. Demikianlah keseimbangan batin (upekha)-ku.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan", dan mereka berkata:"Marilah kita bidup dengan makan buah kola (Zizyphus jujuba) maka mereka makan buah kola, bubuk buah kola, meminum air buah kola dan mereka membuat berbagai macam adonan dari buah kola. Sekarang, saya ingat hanya makan sebuah kola sehari.”

Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa buah kola pada saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya demikian: buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuhku menjadi kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit, maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit, maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit, jika saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku, maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari tubuhku ketika saya mengusap.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan", dan mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan kacang-kacangan....

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan". dan mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan Sesame, maka mereka makan buah sesame, bubuk buah sesame, meminum air buah sesame dan mereka membuat berbagai macam adonan dari bua sesame. Sekarang, saya ingat hanya makan sebuah sesame sehari.”

“Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa buah sesame pada saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya demikian: buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuhku menjadi sangat kurus. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit, maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit, maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit, jika saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku, maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari tubuhku ketika saya mengusap.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui makanan," dan mereka berkata: "Marilah kita hidup dengan makan beras", maka mereka makan beras, makan tepung beras, minum air beras dan mereka membuat berbagai macam adonan beras. Sekarang, saya ingat saya hanya makan sebutir beras sehari.'

Sariputta, tetapi anda mungkin berpikir bahwa butir beras pada saat itu lebih besar, namun janganlah mengangapnya demikian: butir beras pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebutir beras sehari, tubuhku menjadi sangat kurus. Karena hanya makan sedikit sekali maka anggota tubuhku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggungku bagaikan punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang belakangku bagaikan untaian manik-manik. Karena makan sedikit, maka tulang-tulang rusukku menonjol keluar bagaikan balok penglari atap dari gudang yang tak beratap. Karena makan sedikit, maka cahaya mataku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam. Karena makan sedikit, maka tempurung kepalaku berkerut dan mengisut bagaikan sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari. Karena makan sedikit, maka jika saya menyentuh kulit perutku, maka saya dapat menyentuh tulang belakangku juga; jika saya menyentuh tulang punggungku, maka saya menyentuh kulit perutku pula; jika saya membuang air kecil atau air besar, saya terjatuh dengan wajahku mengenainya. Karena makan sedikit jika saya melemaskan tubuhku dengan mengusap anggota tubuhku, maka bulu-bulu tubuhku tercabut sampai ke akar-akarnya, jatuh dari tubuhku ketika saya mengusap.

Sariputta, namun dengan menyiksa diri, praktik dan melaksanakan perbuatan seperti itu, saya tidak mencapai sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai pengetahuan serta pengalaman sebagai orang suci yang melebihi keadaan manusia biasa. Mengapa begitu? Karena saya tidak mencapai Kebijaksanaan Ariya (Panna-Ariya) yang bila tercapai menjadi suci, cara ini merupakan jalan ke luar yang mengarah pada pelenyapan penderitaan (dukkha), bagi yang mempraktikkannya.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui proses lingkaran kelahiran kembali (samsara suddhi))." Namun tidak mungkin untuk menemukan suatu kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di alam dewa Suddhavasa; andaikan aya telah melalui lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui (beberapa jenis tertentu dari) kelahiran kembali." Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di alam dewa Suddhavasa; andaikan saya telah melalui lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui alam (tertentu). "Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis alam kelahiran kembali yang belum pernah saya lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali di alam dewa Suddhavasa; andaikan saya telah melalul lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, maka saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai dengan pengorbanan." Namun tidak mungkin menemukan jenis pengorbanan yang belum pernah saya sajikan selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana kaya raya.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: "Kesucian dicapai melalui pemujaan api." Namun tidak mungkin menemukan jenis api yang belum pernah saya puja selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya raya.

'Sariputta, ada beberapa petapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: "Selama orang ini masih muda, seorang pemuda berambut hitam yang diberkahi keremajaan, dalam kehidupan pada masa pertama ini, ia memiliki kesempurnaan dalam kebijaksanaannya. Tetapi apabila orang baik ini menjadi tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam kehidupan, mencapai tahap terakhir, berusia delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun atau seratus tahun, maka kebijaksanaannya hilang." Tetapi tidaklah seharusnya menganggap begitu. Sekarang, saya telah tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam kehidupan dan mencapai pada tahap terakhir, usiaku sudah mendekati delapan puluh tahun. Sekarang seandainya saya memiliki empat siswa yang berusia seratus tahun, sempurna dalam kesadaran, perhatian, pandangan dan kebijaksanaan - bagaikan seorang pemanah yang dibekali peralatan yang lengkap, terlatih, melaksanakan dan teruji, dapat dengan mudah melepaskan anak panah yang ringan melalui bayangan pohon palem, demikian pula mereka sama sempurna dalam kewaspadaan, perhatian, perhatian, pandangan dan kebij aksanaan - andaikata mereka terus-menerus menanyakan tentang Empat Dasar Perhatian (Satipatthana) dan saya menjawabnya, maka mereka mengingat setiap jawabanku dan tidak pernah menanyakan pertanyaan lainnya atau berhenti kecuali untuk makan, minum, mengunyah, mengecap, buang air kecil atau air besar, dan istirahat demi menghilangkan ngantuk dan keletihan. Namun Tathagata tetap menguraikan dhamma, menerangkan faktor-faktor dhamma, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan ia tidak kepayahan. Sementara itu empat siswaku dengan yang berusia seratusan tahun itu, telah meninggal pada akhir seratusan tahun tersebut. Sariputta, walaupun anda harus menggotongku di tandu, tetap tidak ada perubahan dalam kebijaksanaan (panna) Sang Tathagata.

Suatu pernyataan benar bilamana seseorang mengucapkan: "Sesosok makhluk yang bebas dari kebodohan (moha) telah muncul di dunia ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayangnya pada dunia demi kepentingan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia." Untuk sayalah pernyataan benar itu diucapkan.

Ketika itu Bhikkhu Nagasamala sedang berdiri di belakang Sang Bhagava dan mengipasi beliau. Kemudian ia berkata pada Sang Bhagava: "Bhante menakjubkan sekali, luar biasa! Sewaktu aku mendengarkan khotbah ini bulu-bulu romaku berdiri. Bhante, apakah nama khotbah Dhamma ini?"

"Nagasamala, sehubungan dengan hal ini, engkau dapat mengingat khotbah tentang Dhamma ini sebagai 'Khotbah yang mendirikan Bulu roma' (Lomahamsanapariyaya)."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Nagasamala merasa puas, dan bergembira medengar uraian Sang Bhagava.

Popular Posts