Skip to main content

Featured

034-Culagopalaka Sutta.

CULAGOPALAKA SUTTA Pendahuluan Seperti sutta 33, Sutta ini juga memperkenalkan kiasan mengenai penggem­bala cakap/mampu/tangkap dan tidak cakap tetapi mereka ini dipakai pada per­soalan subyek yang berbeda. Seorang penggembala (sapi) yang tidak cakap di­bandingkan dengan guru-guru agama yang tidak trampil di dalam dunia ini (karena mereka tidak tahu mengajar orang-orang hidup dengan penuh kedamaian, begitu juga guru lainnya karena mereka memilik kebahagiaan sendiri); dunia yang akan datang ( tidak mengetahui tindakan apa yang dianjurkan untuk mencapai kelah­iran kembali yang baik, atau memegang pandangan penghancur lainnya yang menya­takan tidak ada kehidupan berikutnya); yang menjadi milik Mara (seluruh dunia diliputi oleh keinginan dan hawa nafsu, sekalipun surga rasa keinginan atau buah atas dari keinginan itu menjadi milik Mara); apa saja yang bukan milik Mara (adalah dunia yang berupa atau tanpa rupa yang berada diluar jangkauan Mara; dasar mereka bukan keing

008-Sallechasutta.

SALLECCHA-SUTTA

(8)

Demikianlah yang telah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavanārama milik Anathapindika, Savatthi. Di waktu malam Bhikkhu Mahacunda bangun dari meditasi, ia pergi menemui Sang Bhagava, memberi hormat kepada Beliau dan ia duduk. Setelah ia duduk ia berkata:

"Bhante, ada banyak pandangan yang muncul di dunia, di antaranya adalah pandangan-pandangan yang berkaitan dengan atta ditthi (pandangan tentang ada jiwa kekal) dan loka ditthi (pandangan tentang dunia). Apakah pelenyapan atau pemusnahan pandangan-pandangan seperti itu dilakukan oleh bhikkhu karena ia hanya memperhatikan tentang permulaan ini?”

“Bagaimanapun pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya dan pelaksanaannya, bilamana seorang melihat (dasarnya) sebagaimana itu apa adanya, dengan pengertian benar seperti: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan jiwaku,’ maka dengan cara ini ia membuang pandangan itu, demikian pula ia melenyapkan pandangan-pandangan itu.’

Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhāna I dengan vitakka, vicara, piti, sukha dan ekagata karena ketenangan. Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam pemusnahan" (nibbana). 'Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya; hal ini disebut: ‘keadaan yang menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia mencapai dan berada pada Jhāna II dengan keyakinan, pikiran terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam pemusnahan" (nibbāna). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut "pemusnahan" dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia barada dalam keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan jasmani ia mencapai dan berada pada Jhāna III. Ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam pemusnahan" (nibbāna). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya, hal ini disebut ‘keadaan menyenangkan di sini dan sekarang, dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidak bahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhāna IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: "Saya berada dalam pemusnahkan" (nibbāna). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan menyenangkan di sini dan sekarang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampaui penerangan tentang jasmani (rûpa) dengan lenyapnya pencerapan ... tanpa perhatian pada pencerapan dan perbedaan (menyadari bahwa) "ruang tanpa batas", ia mencapai dan berada pada "kondisi ruang tanpa batas." Ia mungkin berpikir: “Saya berada dalam pemusnahan” (nibbāna). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut pemusnahan dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampaui kondisi ruang tanpa batas' (menyadari bahwa): "kesadaran tanpa batas", ia mencapai dan barada pada keadaan kesadaran tanpa batas", ia berpikir: “Saya berada dalam pemusnahan” (nibbāna). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut ‘pemusnahan’ dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampau kondisi kesadaran tanpa batas; (menyadari bahwa) "kekosongan", ia mencapai dan berada pada "kondisi kekosongan". Ia berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’ (nibbāna). Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut keadaan pemusnahan dalam ariya vinaya; hal ini disebut ‘keadaan tenang’ dalam ariya vinaya.

Mungkin seseorang dengan melampaui alam kekosongan, ia mencapai dan berada pada kondisi 'bukan pencerapan atau bukan tidak pencerapan' ia berpikir: ‘Saya berada dalam pemusnahan’ (nibbāna). Tetapi pencapaian ini bukan disebut pemusnahan dalam ariya dhamma; ini disebut 'keadaan tenang' dalam ariya vinaya.

Pemusnahan akan efektif dalam keadaan:

1. Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.

2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.

3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak mengambil barang yang tidak diberikan.

4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.

5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri dari berbohong.

6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri dari memfitnah.

7. Orang lain bicara kasar, kita menhindarkan diri dari bicara kasar.

8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri dari melakukan gosip.

9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.

10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.

11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.

12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.

13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.

14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.

15. Orang lain bermatapencaharian salah, kita bermata pencaharian benar.

16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.

17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar .

18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar .

19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar.

20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar.

21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi ngantuk dan tidur .

22. Orang lain kacau, kita tidak kacau .

23. Orang lain tidak tentu, kita pasti .

24. Orang lain marah, kita tidak marah.

25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat .

26. Orang lain menghina, kita tidak menghina .

27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai .

28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu .

29. Orang lain kikir, kita tidak kikir .

30. Orang lain penipu, kita tidak menipu .

31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong.

32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala .

33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh .

34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati.

35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan dengan orang baik .

36. Orang lain lalai, kita rajin .

37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan .

38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati .

39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu .

40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak.

41. Orang lain malas, kita bersemangat.

42. Orang lain tak waspada, kita waspada .

43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian .

44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu.

Walaupun perkembangan batin dalam kusala dhamma (dhamma yang baik) adalah sangat penting, maka apakah yang harus dikatakan untuk aktivitas tubuh dan ucapan sebagai akibat hal-hal itu? Kita harus berpikir sebagai berikut:

1. Orang lain kejam, kita tidak akan kejam ….

2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.

3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak mengambil barang yang tidak diberikan.

4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.

5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri dari berbohong.

6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri dari memfitnah.

7. Orang lain bicara kasar, kita menhindarkan diri dari bicara kasar.

8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri dari melakukan gosip.

9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.

10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.

11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.

12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.

13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.

14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.

15. Orang lain bermatapencaharian salah, kita bermata pencaharian benar.

16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.

17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar .

18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar .

19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar.

20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar.

21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi ngantuk dan tidur .

22. Orang lain kacau, kita tidak kacau .

23. Orang lain tidak tentu, kita pasti .

24. Orang lain marah, kita tidak marah.

25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat .

26. Orang lain menghina, kita tidak menghina .

27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai .

28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu .

29. Orang lain kikir, kita tidak kikir .

30. Orang lain penipu, kita tidak menipu .

31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong.

32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala .

33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh .

34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati.

35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan dengan orang baik .

36. Orang lain lalai, kita rajin .

37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan .

38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati .

39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu .

40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak.

41. Orang lain malas, kita bersemangat.

42. Orang lain tak waspada, kita waspada .

43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian .

44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu.

Misalnya, ada jalan tak rata dan tak ada jalan rata yang dapat digunakan untuk menghindari jalan tak rata itu. Maka begitu pula:

1. Orang kejam, karena tak memiliki sifat tak kejam untuk menghindarkannya.

2. Orang pembunuh, karena tak memiliki pantangan membunuh untuk menghindarkannya.

3. Orang mengambil barang yang tak diberikan, karena tak memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak dibenakan untuk menghindarkannya.

4. Orang tidak hidup brahmacari, karena tak memilm hidup brahmacari untuk menghindarkannya.

5. Orang yang berbohong, karena tak memiliki kejujuran untuk menghindarkannya.

6. Orang yang memfitnah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk menghindarkan diri dari memfitnah.

7. Orang yang bicara kasar, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk menghindarkan diri dari bicara kasar, atau tidak memiliki sopan santung

8. Orang yang melakukan gosip, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk menghindarkan diri dari melakukan gosip.

9. Orang yang serakah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak serakah.

10. Orang yang iri hati, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak iri hati.

11. Orang yang berpandangan salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berpandangan benar.

12. Orang yang berpikir salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berpikir benar.

13. Orang yang berucap salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berucap benar.

14. Orang yang berperbuatan salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berperbuatan benar.

15. Orang yang bermatapencaharian salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk bermata pencaharian benar.

16. Orang yang berusaha salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berusaha benar.

17. Orang yang berperhatian salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berperhatian benar .

18. Orang yang bermeditasi salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk bermeditasi benar .

19. Orang yang berpengetahuan salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berpengetahuan benar.

20. Orang yang berpembebasan salah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berpembebasan benar.

21. Orang yang dikuasai ngantuk dan tidur, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak dikuasi ngantuk dan tidur .

22. Orang yang kacau, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak kacau .

23. Orang yang tidak tentu, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk pasti .

24. Orang yang marah, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak marah.

25. Orang yang bermusuhan, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk bersahabat .

26. Orang yang menghina, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak menghina .

27. Orang yang menguasai, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak menguasai .

28. Orang yang cemburu, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak cemburu .

29. Orang yang kikir, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak kikir .

30. Orang yang penipu, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak menipu .

31. Orang yang pembohong, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak membohong.

32. Orang yang keras kepala (bandel), karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak keras kepala .

33. Orang yang angkuh, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak angkuh .

34. Orang yang sulit dinasehati, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk mudah dinasehati.

35. Orang yang berkawan dengan orang jahat, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berkawan dengan orang baik .

36. Orang yang lalai, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk rajin .

37. Orang yang tak berkeyakinan, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berkeyakinan .

38. Orang yang tidak hati-hati, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk hati-hati .

39. Orang yang tidak tahu malu, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tahu malu .

40. Orang yang belajar sedikit, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk belajar banyak.

41. Orang yang malas, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk bersemangat.

42. Orang yang tak waspada, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk waspada .

43. Orang yang berpengertian kurang, karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk berpengertian .

44. Orang yang salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; karena tak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu.

Bagaimana pun akusala dhamma (dhamma tak baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi yang rendah; sebaliknya, bagaimana pun kusala dhamma (dhamma baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi lebih tinggi.

Dengan demikian:

1. Orang yang kejam, tidak memiliki tanpa-kekejaman sebagai kondisi lebih tinggi.

2. Orang yang membunuh, tidak memiliki pantangan membunuh sebagai kondisi lebih tinggi.

3. Orang mengambil barang yang tak diberikan, tidak memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak diberikan sebagai kondisi lebih tinggi.

4. Orang tidak hidup brahmacari, tidak memiliki hidup brahmacari sebagai kondisi lebih tinggi.

5. Orang yang berbohong, tidak memiliki kejujuran sebagai kondisi lebih tinggi.

6. Orang yang memfitnah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk menghindarkan diri dari memfitnah sebagai kondisi lebih tinggi.

7. Orang yang bicara kasar, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk menghindarkan diri bicara kasar, atau tidak memiliki sopan santun sebagai kondisi lebih tinggi

8. Orang yang melakukan gosip, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk menghindarkan diri dari melakukan gosip sebagai kondisi lebih tinggi.

9. Orang yang serakah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak serakah sebagai kondisi lebih tinggi.

10. Orang yang iri hati, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak iri hati sebagai kondisi lebih tinggi.

11. Orang yang berpandangan salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berpandangan benar sebagai kondisi lebih tinggi.

12. Orang yang berpikir salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berpikir benar sebagai kondisi lebih tinggi.

13. Orang yang berucap salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berucap benar sebagai kondisi lebih tinggi.

14. Orang yang berperbuatan salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berperbuatan benar sebagai kondisi lebih tinggi.

15. Orang yang bermatapencaharian salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk bermata pencaharian benar sebagai kondisi lebih tinggi.

16. Orang yang berusaha salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berusaha benar sebagai kondisi lebih tinggi.

17. Orang yang berperhatian salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berperhatian benar sebagai kondisi lebih tinggi.

18. Orang yang bermeditasi salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk bermeditasi benar sebagai kondisi lebih tinggi.

19. Orang yang berpengetahuan salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berpengetahuan benar sebagai kondisi lebih tinggi.

20. Orang yang berpembebasan salah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berpembebasan benar sebagai kondisi lebih tinggi.

21. Orang yang dikuasai ngantuk dan tidur, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak dikuasi ngantuk dan tidur sebagai kondisi lebih tinggi.

22. Orang yang kacau, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak kacau sebagai kondisi lebih tinggi.

23. Orang yang tidak tentu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk pasti sebagai kondisi lebih tinggi.

24. Orang yang marah, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak marah sebagai kondisi lebih tinggi.

25. Orang yang bermusuhan, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk bersahabat sebagai kondisi lebih tinggi.

26. Orang yang menghina, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak menghina sebagai kondisi lebih tinggi.

27. Orang yang menguasai, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak menguasai sebagai kondisi lebih tinggi.

28. Orang yang cemburu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak cemburu sebagai kondisi lebih tinggi.

29. Orang yang kikir, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak kikir sebagai kondisi lebih tinggi.

30. Orang yang penipu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak menipu sebagai kondisi lebih tinggi.

31. Orang yang pembohong, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak membohong sebagai kondisi lebih tinggi.

32. Orang yang keras kepala (bandel), tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak keras kepala sebagai kondisi lebih tinggi.

33. Orang yang angkuh, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tidak angkuh sebagai kondisi lebih tinggi.

34. Orang yang sulit dinasehati, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk mudah dinasehati sebagai kondisi lebih tinggi.

35. Orang yang berkawan dengan orang jahat, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berkawan dengan orang baik sebagai kondisi lebih tinggi.

36. Orang yang lalai, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk rajin sebagai kondisi lebih tinggi.

37. Orang yang tak berkeyakinan, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berkeyakinan sebagai kondisi lebih tinggi.

38. Orang yang tidak hati-hati, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk hati-hati sebagai kondisi lebih tinggi.

39. Orang yang tidak tahu malu, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk tahu malu sebagai kondisi lebih tinggi.

40. Orang yang belajar sedikit, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk belajar banyak sebagai kondisi lebih tinggi.

41. Orang yang malas, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk bersemangat sebagai kondisi lebih tinggi.

42. Orang yang tak waspada, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk waspada sebagai kondisi lebih tinggi.

43. Orang yang berpengertian kurang, tidak memiliki sifat dan kemauan untuk berpengertian sebagai kondisi lebih tinggi.

44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, bersikeras mempertahankan pandangan seperti itu; tidak memiliki pengertian salah sesuai dengan pandangan pribadi, tidak bersikeras dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (untuk menyelamatkan diri) dalam rawa demi menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin.

Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbāna akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbāna adalah tidak mungkin; namun orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbāna, bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.

Begitu pula:

1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejam merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

2. Pembunuh berubah menjadi pantang membunuh merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

3. Orang berubah menjadi pantang mengambil barang yang tak diberikan, merupakan cara untuk mencapai nibbāna

4. Orang berubah menjadi hidup brahmacari, merupakan cara untuk mencapai nibbāna

5. Orang berubah menjadi pantang berbohong, tidak memiliki kejujuran merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

6. Orang berubah menjadi pantang memfitnah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

7. Orang berubah menjadi pantang bicara kasar, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

8. Orang berubah menjadi pantang melakukan gosip, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

9. Orang berubah menjadi pantang serakah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

10. Orang berubah menjadi pantang iri hati, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

11. Orang berubah menjadi pantang berpandangan salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

12. Orang berubah menjadi pantang berpikir salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

13. Orang berubah menjadi pantang berucap salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

14. Orang berubah menjadi pantang berperbuatan salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

15. Orang berubah menjadi pantang bermatapencaharian salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

16. Orang berubah menjadi pantang berusaha salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

17. Orang berubah menjadi pantang berperhatian salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

18. Orang berubah menjadi pantang bermeditasi salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

19. Orang berubah menjadi pantang berpengetahuan salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

20. Orang berubah menjadi pantang berpembebasan salah, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

21. Orang berubah menjadi pantang dikuasai ngantuk dan tidur, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

22. Orang berubah menjadi pantang kacau, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

23. Orang berubah menjadi pantang tidak tentu, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

24. Orang berubah menjadi pantang marah, merupakan cara untuk mencapai nibbna.

25. Orang berubah menjadi pantang bermusuhan, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

26. Orang berubah menjadi pantang menghina, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

27. Orang berubah menjadi pantang menguasai, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

28. Orang berubah menjadi pantang cemburu, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

29. Orang berubah menjadi pantang kikir, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

30. Orang berubah menjadi pantang penipu, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

31. Orang berubah menjadi pantang pembohong, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

32. Orang berubah menjadi pantang keras kepala (bandel), merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

33. Orang berubah menjadi pantang angkuh, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

34. Orang berubah menjadi pantang sulit dinasehati, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

35. Orang berubah menjadi pantang berkawan dengan orang jahat, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

36. Orang berubah menjadi pantang lalai, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

37. Orang berubah menjadi pantang tak berkeyakinan, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

38. Orang berubah menjadi pantang tidak hati-hati, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

39. Orang berubah menjadi pantang tidak tahu malu, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

40. Orang berubah menjadi pantang belajar sedikit, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

41. Orang berubah menjadi pantang malas, merupakan cara untuk mencapai nibbana.

42. Orang berubah menjadi pantang tak waspada, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

43. Orang berubah menjadi pantang berpengertian kurang, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

44. Orang berubah menjadi pantang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya dan bersikeras mempertahankan pandangan seperti itu, merupakan cara untuk mencapai nibbāna.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.

Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untukmu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkan-lah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu.

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda puas dan gembira mendegar uraian Sang Bhagava.

Popular Posts